Kamis, 03 September 2009

sepi!

gung liwang li wung....
aku sendiri; nglangut

kesepian yang akut,
warna jadi tak bermakna... hanya gelap yang suwung

gung liwang li wung,
rongga dada ini jadi suwung...

rongga dalam sebongkah tulang ini kosong
nir jiwa, nir rasa....
sepi!

Kamis, 20 Agustus 2009

hijau tua

cahaya hijau tua itu, menarik-ku jauh ke belakang....

menyimpannya dalam rongga kepala, menyimpannya dalam dada... bertahan untuk tetap bertahan; entah sampai kapan..... jika tiba waktunya, aku lempar saja tubuh ini ke mentari, hingga moksa... tanpa sisa;

Selasa, 14 Juli 2009

lintasan hati;

waktu tercelup pada jelaga
menjadi singup dalam pekat
dada berdetak
meronta namun tak kuasa
lintasan hati menjerat benak
dan air mata pada luka
menggenang dalam nampan kenangan

berharap bisa beranjak
dan berfikir menjadi tabik mimpi
akal sehat menjadi perisai

pada waktu yang tercelup jelaga...
aku berikan senyuman; merdeka.

Sabtu, 15 November 2008

HTM [Hampir Tengah Malam] 20/02/2002

bulan; angin malam; awan; langit yang cekung;
lampu jalanan yang muram;
suara serak kucing;
jalanan basah; pasir lembab di pelataran;
sepi yang beranak pinak……

angan-angan; mimpi; keinginan; tekad;
kebimbangan; penolakan atas kepasrahan;
geliat yang aneh;
hati yang tercekat; pesona yang kehilangan makna;
cemas yang meregang-meradang……

dan bulan
dan panji-panji mimpi
dan awan kenangan
dan langit nanap penuh harap
dan kedengkian yang resah oleh sepi
lebur……
dalam malam;
dalam genggam;
dalam suara-suara dada yang berdetak-detak.
[biarkan, biarkan angin itu….lalu]

Gg. Mangga 40.

Maghrib

Benda-benda dari kerajaan senja
mencari kedamaian di jalan-jalan
merah langit,
embik domba pulang kandang
dan mentari tinggal semburat…..
menelanjangi kita.

Kehangatan mencercau kehilangan arah….
"Lupakan aku! Lupakan aku…!
Aku tahu itu maumu…..!"

Merah langit jadi hitam gelap
Embik domba jadi erangan srigala
dan mentari hilang,berganti rembulan pucat masai……
Irama senja begitu memperdayaku
dan warna lembayung selimuti sepi
mentari jadi bulat
warna merah pudar berbaur kuning
keemasan
duh!
Mana perkasa-ku, kok sirna?
Menyublim dalam lautan ini
Lenyap gaib tuntas segala beban
Aku terbang mengambang
tak berberat tak beruang
dalam suwung - menggapai cahya-Mu
duh!
Adalah luka yang terseret-seret....
memikul penat di sepanjang hari,
hanya gaun indah itu.... pengobat perih
ketika kau berkelebat memenuhi semesta pagi

adalah keheningan yang ngilu,
ketika hari tetap saja cekung
hanya suara indah itu.... pelipur hati
ketika dendang itu terdengar lagi

dan mimpi-mimpiku
angin pagi hampa
langit menggelantung
matahari jingga......
nanap aku;
nanar aku;
haus akan hangat sinar...
akan kubiarkan silaunya melumat sekujur tubuh
dan biarlah aku moksa dalam angan....